Hari sudah larut malam,
aku masih saja tetap tak bisa tidur, entah kenapa secara tiba-tiba aku ingin
sekali membuka chat history ku dengan lelaki yang sudah lama sekali tak saling
berkabar. Bahkan aku lupa tepatnya beberapa tahun lalu aku mengenalnya.
Iya, lelaki itu yang
membuat aku membenci agama, agamaku dan agamanya. Karena agamalah yang
memisahkan kami. Gap ini terlalu kejam, bagai benteng yang tinggi sekali, dan
bagai jurang yang dalam dan lebar, hingga kami tak saling dapat menjangkau.
“Jika dekat denganku
membuat mu lupa akan sujudmu, maka pergilah saat aku tengah berlutut dan
memejamkan mata memohon agar kau tetap tinggal.”
Sebait kata yang sangat
manis namun menyakitkan. Bagaimana tidak, karna kata-kata itu aku jadi sadar betul,
bahwa kami memang tak bisa bersama. Mau semencintai nya kami, tetap kami tak
bisa menyatu, tetap kami pupuskan harapan-harapan yang indah dan menjuntai
kelangit berharap didengar Tuhan.